TEBING BREKSI
Namun, sejarah
Tebing Breksi sebagai sumber pendapatan bagi penduduk sekitar terus berlanjut.
Setelah tidak lagi menjadi tambang, sejumlah kecil orang datang ke Breksi untuk
menikmati senja dan iseng-iseng mempostingnya di sosial media. Dari sini,
pengunjung mulai berdatangan secara bertahap. Hasil penggarapan Tebing Breksi
sekarang jelas terlihat. Menjulang setinggi sekitar 30 meter, batuan kapur
raksasa berlapis-lapis ini sudah dipahat dengan relief dan patung dari cerita pewayangan.
Ada patung Arjuna yang membunuh Buto Cakil, patung naga dengan mahkotanya, dan
patung Semar. Setiap karya pahatan yang dibuat oleh Anto, seorang pemuda yang
tinggal di daerah tersebut, menunjukkan seorang seniman yang telaten dan sabar.
Anak tangga
dibangun di sisi timur untuk kepentingan praktis naik ke tebing. Selain itu, dengan
latar batuan kapur bermacam gradasi yang menjulang, di kawasan Tebing Breksi
ada pula Tlatar Seneng serta amfiteater yang sering digunakan untuk kopi darat
dan event nasional. Tlatar Seneng dengan bentuknya yang melingkar dan terbuat
dari batu, langsung mengingatkan kita dengan teater tempat pertunjukkan drama
dari zaman Yunani klasik.
Ada pula
tawaran objek-objek swafoto seperti yang lazim sekarang ini. Di samping burung
hantu jinak di tangga masuk, setidaknya ada dua belas objek swafoto yang diletakkan
di punggung tebing utama berselang-seling dengan rerumputan, kembang, dan
pohon-pohon. Lalu, seperti di Bukit Bintang atau Candi Ijo, ada pula tawaran
memandang kota Yogyakarta dari ketinggian. Dari ketinggian Breksi, pucuk-pucuk
tiga candi utama Prambanan, pesawat-pesawat hilir mudik di Adisucipto, serta
jalanan dan lampu-lampu Yogyakarta menjadi suguhan lanskap yang memanjakan dan
menjadi daya tarik wisatawan. Makin indah semua ini saat senja meluruh di
langit: bila awan sedang sembunyi, matahari tunggang terlihat dengan semua
kemegahannya terbenam di garis semu Yogyakarta.
Diantarai oleh
kolam ikan berair hijau dengan warna-warni koi, jalur putih kapur, dan
meja-meja payung di atas rumput, di sisi paling timur kawasan Breksi berjejer
lapak-lapak kuliner yang menawarkan berbagai macam menu. Ada tongseng,
rica-rica, dan soto. Namun, barangkali yang paling terkenal adalah ayam ingkung
Bu Asih, yang meskipun jauh dari pusat ingkung di Bantul, tetap sering
dikunjungi oleh pejabat-pejabat yang ingin menyantap ingkung dengan suasana
Breksi.
Tebing Breksi
sampai sekarang masih kontinu melakukan tahap pembangunan. Saat artikel ini
ditulis, baru saja ditambahkan pahatan nama "Tebing Breksi" yang juga
dikerjakan oleh Anto. Sementara itu, masih sedang dilakukan penambahan
balok-balok kapur di jalur masuk agar saat hujan datang, bus-bus mini tidak
anjlok. Ada pula pembangunan kebun buah dan fasilitas akomodasi di sebelah
utara agar wilayah Tebing Breksi semakin lengkap. Kini Tebing Breksi telah
menjadi tempat wisata yang juga menorehkan prestasi. Tebing Breksi yang resmi
dibuka tanggal 30 Mei 2015 dengan penandatanganan prasasti oleh Sri Sultan
Hamengku Buwono X, telah mendapatkan penghargaan sebagai Tempat Wisata Baru Terpopuler
2017. Hal ini pantas-pantas saja, sebab di musim liburan, Tebing Breksi memang
bisa mencatat jumlah pengunjung beribu-ribu.
Komentar
Posting Komentar